h TAKAFUL MAKASSAR: CERITA IBU IDA KURAENY BESTIO

Rabu, 20 Februari 2013

CERITA IBU IDA KURAENY BESTIO


Pada tahun 1994 saya melakukan kunjungan prospekting ke kantor sebuah perusahaan di Jakarta. Calon pemegang polis yang semula saya harapkan membeli dari saya ternyata tidak memeli, tetapi teman yang mendampinginya tertarik dan langsung membeli.

Saya mengatakan kepadanya, “Apakah anda tidak memberitahukan dulu kepada keluarga di rumah?”
Ia menjawab, “Tidak perlu, karena saya sendiri yang bekerja dan saya membeli asuransi jiwa ini hanya iseng saja.”

Pada tahun 1997 pemegang polis yang membeli asuransi jiwa hanya karena iseng itu ternyata dipanggil Yang Maha Kuasa.
Saya diberitahu oleh temannya dua hari kemudian, sesudah dimakamkan. Hari itu juga saya datang ke rumah almarhum untuk mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya almarhum.
Saya juga memperkenalkan diri bahwa saya adalah agen asuransi yang dipercaya oleh almarhum. Saya diberi amanat untuk membantu Ibu dan keluarga kalau terjadi sesuatu terhadap almarhum. Kini saatnya saya dan perusahaan memenuhi janji untuk melaksanakan amanat almarhum.

Tiba-tiba Ibu almarhum yang menemui saya itu masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Saya merasa heran mengapa dia masuk ke kamarnya? Sekitar 15 menit kemudian dia keluar dengan muka sembab dan mata merah, ternyata dia baru saja menangis.

Ia berkata dengan suara bergetar “Saya merasa terharu sekaligus merasa terhina”
“Mengapa Bu, apa yang terjadi?” tanya saya.
Ia meneruskan ucapannya, “Saya tidak pernah mengenal anda sebelum ini. Almarhum juga tidak pernah berkata bahwa Ia membeli sesuatu dari anda. Sedang anda bilang, anda dan perusahaan akan membayar santunan kepada saya.”

Saya masih diam, dan Ibu itu terus melanjutkan, “Saya lalu teringat pada perusahaan almarhum suami. Suami saya sudah bekerja 20 tahun lamanya di perusahaan itu dengan jabatan terakhir General Manager, tetapi apa yang dilakukan perusahaan itu terhadap suami saya? Presiden Direktur perusahaan itu datang ikut bela sungkawa dan turut mengantarkan jenazah almarhum suami sampai di airport untuk diberangkatkan menuju sebuah kota di Jawa Tengah. Itu sesuai dengan permintaan almarhum suami yang semasa hidupnya berpesan apabila wafat nanti dikebumikan dekat orangtuanya di Jawa Tengah. Presiden Direktur perusahaan itu memberikan sebuah amplop berisi uang. Saya tidak tahu berapa jumlah uang itu. Ia mengatakan, ‘Sumbangan ini adalah atas nama perusahaan sekaligus pribadi. Semoga sumbangan ini bisa membantu. Di perjalanan, amplop pemberian Presiden Direktur itu saya buka. Ternyata di dalam amplop itu berisi uang sebesar Rp. 200.000,-. Selain uang, dalam amplop itu terdapat sepucuk surat. Isinya saya diminta datang ke kantor untuk menyelesaikan semua urusan yang belum diselesaikan.”

Saya masih diam, memperhatikan. “Saya bingung dan resah.” Kata ibu itu. “Betapa tidak, saya mempunyai empat orang anak perempuan yang masih sekolah; almarhum juga masih meninggalkan angsuran rumah yang belum lunas, mobil kreditan, dan biaya sehari-hari; bagaimana saya dapat membayarnya?” (Naudzubillah)

“Itulah pengalaman pahit yang saya alami beberapa waktu yang lalu. Sungguh saya bersyukur kepada Tuhan yang telah mengutus Anda membawa berita baik serta menjadi penolong keluarga kami. Saya sangat terharu dan berdoa untuk kebaikan anda.”

Seperti yang diceritakan Ibu Ida Kuraeny Bestio dalam bukunya ‘Membuat Impian Menjadi Nyata’.

INFO TAKAFUL



Tidak ada komentar:

Posting Komentar