h TAKAFUL MAKASSAR: Jadi Miskin dan Kantong Kering Karena Habis-habisan Obati Kanker

Kamis, 21 Februari 2013

Jadi Miskin dan Kantong Kering Karena Habis-habisan Obati Kanker



AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

Rabu, 27/06/2012 11:21 WIB
Jakarta, Kanker sebagai penyakit erat kaitannya dengan 'kanker' sebagai anekdot yang merupakan kependekan dari 'kantong kering'. Bahkan menurut seorang dokter, andai bisa memilih maka sebaiknya tidak usah kena kanker kalau belum punya mobil Ferrari. Sebenarnya, seberapa mahal sih biaya pengobatan kanker?

"Kanker itu penyakit yang sangat mahal. Kanker paru misalnya, untuk sampai ke diagnosis saja sudah bisa habis Rp 10-15 juta," kata dr Ahmad Hudoyo, SpP(KP), FCCP dari RS Persahabatan dalam seminar Hidup dalam Lingkungan Sehat dengan Tidak Merokok di Klub Kelapa Gading, seperti ditulis Rabu (27/6/2012).

Biaya sebesar itu masih akan membengkak ketika harus menjalani kemoterapi. Sebagaimana dicontohkan dr Hudoyo, sekali kemoterapi untuk kanker paru rata-rata menghabiskan Rp 15 juta padahal harus dilakukan sebanyak 6 kali dengan jeda masing-masing 1 bulan dan tidak boleh terputus.



Saking mahalnya, biaya pengobatan paru sampai pada tahap tersebut oleh dr Hudoyo diibaratkan seperti kehilangan sebuah mobil Toyota Avanza atau sekelasnya. Gambaran biaya sebesar itu tentunya sudah ditambah dengan pengeluaran-pengeluaran lain, termasuk kerugian akibat berbulan-bulan tidak bisa bekerja.

"Sampai benar-benar sembuh itu sangat mahal, dan itu pun belum tentu bisa sembuh. Ibaratnya kalau bisa memilih, mending tidak kena kanker kalau belum mampu beli mobil Ferrari," tambah dr Hudoyo.

Mahalnya biaya pengobatan kanker dirasakan sendiri oleh Albert Charles Sompie (53 tahun), mantan atlet softball yang pernah menjalani operasi kanker paru dan kanker usus sekaligus. Laki-laki berkumis yang biasa dipanggil Berthie ini mengaku harus merogoh koceknya sekitar Rp 500 juta hanya untuk biaya operasi dan pengobatan saja.

Berthie yang kehilangan setengah dari paru-paru kanan dan hampir dua pertiga usus besarnya  karena dimakan kanker tersebut mengaku prihatin membayangkan pasien kanker yang kondisi ekonominya tergolong menegah. Artinya kalau miskin sekalian, mungkin masih akan ditanggung negara, tapi kalau tidak miskin tapi juga tidak kaya maka akan tejadi hitung-hitungan yang sangat rumit dan dilematis.

"Kalau cuma jual mobil saya pikir masih bisa lah. Tapi kalau sampai jual rumah, ada nasib keluarga yang harus diperhitungkan di situ. Akhirnya banyak yang dihadapkan pada pilihan pahit, pasrah lalu menghentikan pengobatan," kata mantan perokok berat yang kini mati-matian berjuang mengkampanyekan anti rokok tersebut.

Berthie juga membandingkan, biaya yang dihabiskan oleh para perokok untuk membeli rokok kalau dikumpulkan bisa jadi tabungan kalau suatu saat kena kanker. Memang tidak semua perokok kena kanker dan sebaliknya tidak semua yang tidak merokok akan bebas dari kanker, namun tetap saja Berthie menilai kebiasaan merokok adalah pemborosan yang sangat tidak bijak.

APA ANDA MASIH BERPIKIR UNTUK TIDAK MEMILIKI ASURANSI
Hubungi kami segera :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar